JAKARTA - Pemulihan pascabanjir di Aceh tidak hanya menyisakan persoalan lumpur dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga berdampak langsung pada layanan dasar masyarakat. Salah satu yang paling dirasakan adalah terganggunya akses air bersih, yang hingga kini belum sepenuhnya pulih. Di balik upaya perbaikan jaringan air, persoalan listrik menjadi tantangan utama yang memperlambat pemulihan secara menyeluruh.
Kondisi tersebut memaksa Perusahaan Daerah Air Minum di sejumlah wilayah Aceh mengambil langkah darurat agar suplai air tetap berjalan. Namun, solusi sementara ini memerlukan biaya besar dan tidak dapat dijalankan dalam jangka panjang. Situasi inilah yang kini menjadi perhatian serius para pengelola layanan air bersih di daerah terdampak banjir.
Listrik Belum Pulih Hambat Operasional PDAM
Ketua DPD Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia Aceh, Sulaiman, menegaskan bahwa ketersediaan listrik merupakan kebutuhan paling mendesak untuk mengembalikan layanan air bersih bagi masyarakat pascabanjir. Tanpa pasokan listrik yang stabil, instalasi pengolahan air tidak dapat beroperasi secara normal.
“Saat ini, kami sangat terkendala dengan listrik, ada beberapa tempat kami pakai pompa menggunakan listrik,” ujar Sulaiman.
Ketika banjir melanda Aceh dan melumpuhkan jaringan kelistrikan, PDAM terpaksa mengoperasikan instalasi pengolahan air menggunakan genset berbahan bakar minyak. Langkah ini dilakukan agar distribusi air bersih tidak berhenti total, meski kapasitas layanan menjadi sangat terbatas.
Genset Jadi Solusi Sementara Berbiaya Tinggi
Penggunaan genset berbahan bakar BBM diakui menjadi solusi darurat yang penuh tantangan. Selain keterbatasan daya, biaya operasional yang ditimbulkan sangat besar dan membebani daerah. Sulaiman menjelaskan bahwa operasional PDAM dengan genset tidak efisien dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang.
Selama 15 hari pertama masa tanggap darurat, kebutuhan BBM untuk menjalankan genset di Kabupaten Aceh Besar saja mencapai 37 ton. “Di Aceh besar itu, kami selama 15 hari menggunakan BBM menghabiskan 37 ton untuk genset,” jelas Sulaiman.
Meski pompa air masih dapat dioperasikan, pelayanan air bersih belum berjalan optimal. Keterbatasan daya listrik dari genset membuat distribusi air tidak bisa menjangkau seluruh pelanggan seperti kondisi normal sebelum bencana.
Pemulihan Listrik Masih Bertahap di Berbagai Daerah
Hingga saat ini, pasokan listrik di Aceh baru pulih sepenuhnya di dua wilayah, yakni Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Sementara itu, daerah lain masih berada dalam tahap pemulihan bertahap dengan capaian yang beragam.
Sulaiman menyebutkan, kondisi listrik di Kabupaten Pidie Jaya telah mencapai sekitar 70 persen. Namun, sejumlah kabupaten lainnya masih berada di angka 50 persen, bahkan ada yang baru mencapai 20 persen. Kondisi ini berdampak langsung pada kemampuan PDAM untuk mengoperasikan instalasi pengolahan air secara maksimal.
Selain listrik, bantuan lain yang menjadi prioritas untuk mendukung pemulihan layanan air bersih adalah penyediaan tandon atau tempat penampungan air, serta bahan kimia yang diperlukan dalam proses pengolahan air agar tetap memenuhi standar kesehatan.
Kerusakan Infrastruktur Air Bersih Cukup Parah
Banjir bandang yang melanda Aceh juga menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur PDAM. Dari total 23 PDAM yang tersebar di 23 kabupaten dan kota di Aceh, sebanyak 17 instalasi dilaporkan mengalami kerusakan berat.
“Selama terjadi banjir di Aceh, semua instalasi daripada air bersih atau biasa kita sebut PDAM, Aceh ada 23 kabupaten, ada 23 pdam. Cuma paling terdampak dari banjir ini ada 17 PDAM yang berat yang kita lihat,” ungkap Sulaiman.
Dalam upaya penanggulangan bencana, PDAM di wilayah yang tidak terlalu terdampak diarahkan untuk membantu daerah lain yang mengalami kerusakan lebih parah. Namun, proses koordinasi sempat terkendala akibat terputusnya jaringan komunikasi pada awal bencana.
Seiring berjalannya waktu, komunikasi antarwilayah mulai pulih dan upaya perbaikan infrastruktur terus dilakukan. Pemerintah daerah bersama PDAM kini berfokus pada percepatan pemulihan jaringan listrik dan perbaikan instalasi air agar layanan air bersih dapat kembali beroperasi secara optimal dan berkelanjutan.