Jakarta - Sebuah penemuan menarik dari kolaborasi antara konsultan manajemen global, Kearney, dan We Don't Have Time, sebuah platform media yang mengedepankan aksi iklim, mengungkap kecenderungan yang menjanjikan di kalangan Chief Financial Officer (CFO) di berbagai belahan dunia. Dalam survei yang melibatkan 500 CFO dari Inggris, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan India, terungkap bahwa 92 persen dari mereka berencana meningkatkan investasi dalam inisiatif keberlanjutan pada tahun 2025, meskipun ekonomi global mengalami perlambatan dan ketidakpastian politik, Jumat, 21 Februari 2025.
Lebih inklusif lagi, survei tersebut menyatakan bahwa hampir 40 persen dari CFO yang disurvei berkomitmen untuk mengalokasikan antara 2,1 persen hingga 2,5 persen dari pendapatan perusahaan mereka untuk upaya keberlanjutan. Angka ini menunjukkan bahwa investasi keberlanjutan mulai menduduki prioritas penting dalam rencana keuangan perusahaan-perusahaan besar.
Berkaitan dengan temuan ini, konsultan utama di Kearney mengungkapkan, "Ini adalah perkembangan yang sangat positif. Kita melihat perubahan paradigma di mana keberlanjutan tidak lagi dianggap sebagai sekadar biaya, melainkan sebagai bagian integral dari strategi bisnis jangka panjang."
Perhatian utama dalam investasi tersebut meliputi penerapan material berkelanjutan, peningkatan efisiensi dalam penggunaan material, pengurangan limbah, peningkatan efisiensi energi, serta kepatuhan terhadap peraturan Environment, Social, and Governance (ESG). Penelitian ini juga mengungkap bahwa CFO lebih memprioritaskan proyek yang mampu memberikan pengurangan emisi secara nyata dalam jangka pendek serta menghemat biaya.
Sebanyak 23 persen dari CFO yang disurvei bahkan berencana untuk mengalokasikan lebih dari 2,5 persen pendapatan mereka untuk keberlanjutan, menunjukkan komitmen signifikan terhadap program lingkungan. Hanya 4 persen CFO yang mempertimbangkan untuk menginvestasikan kurang dari 1 persen dari pendapatan mereka untuk inisiatif ini pada 2025.
Menurut We Don't Have Time, "Survei ini menjadi bukti bahwa pandangan CFO terhadap keberlanjutan mulai bergeser. Mereka mulai menyadari pentingnya investasi lingkungan sebagai upaya mitigasi risiko jangka panjang dan implikasi biaya yang timbul."
Berdasarkan keterangan pers yang diterima, sebanyak 65 persen CFO kini sudah mulai menghitung biaya yang mungkin harus ditanggung oleh dunia usaha jika tidak mengambil langkah proaktif terhadap perubahan iklim. Hal ini menandakan bahwa investasi lingkungan telah menjadi bagian dari arus utama dalam strategi keuangan perusahaan.
Namun demikian, masih terdapat tantangan. Penelitian ini mengidentifikasi keraguan di antara beberapa CFO terhadap investasi jangka panjang di mana keuntungan lingkungan atau finansial mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk terwujud. Ini sejalan dengan kebutuhan akan kesabaran dan ketahanan dalam melihat hasil dari upaya investasi keberlanjutan.
"Memang benar, meskipun ada biaya dimuka, manfaat jangka panjang investasi keberlanjutan tidak dapat diabaikan," kata salah satu CFO dari perusahaan teknologi berbasis di AS.
Selain itu, studi ini juga menyoroti area fokus tambahan dalam investasi seperti pendidikan tenaga kerja, pengurangan perjalanan bisnis, dan pembelian kompensasi karbon. Keputusan untuk memperluas area investasi ini menunjukkan betapa luasnya cakupan manfaat yang dapat diperoleh dari investasi keberlanjutan, baik dari segi lingkungan maupun keuntungan finansial.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang kerentanan terhadap perubahan iklim, survei ini bisa menjadi titik balik bagi aksi iklim di industri. Pemimpin keuangan di berbagai belahan dunia tampaknya semakin tanggap terhadap pentingnya inisiatif lingkungan, yang tidak hanya menawarkan peluang untuk mengurangi dampak lingkungan tetapi juga sebagai langkah strategis yang dapat mendorong pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Ke depannya, akan menarik untuk terus memantau bagaimana strategi investasi keberlanjutan ini akan berkembang dan dampak yang dihasilkan dalam jangka panjang, baik bagi perusahaan maupun lingkungan global.