Pasar Modal Indonesia Memulai 2025 Positif di Tengah Sentimen Global Negatif

Rabu, 19 Februari 2025 | 12:48:50 WIB
Pasar Modal Indonesia Memulai 2025 Positif di Tengah Sentimen Global Negatif

Jakarta – Indonesia menyongsong tahun 2025 dengan optimisme di pasar modal, meskipun bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global terus membayangi. Berdasarkan data terbaru, indeks harga saham gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja menggembirakan dengan kenaikan sebesar 0,41 persen year to date (ytd) hingga 31 Januari 2025, menduduki level 7.109,20. Namun, pasar modal Indonesia tidak sepenuhnya bebas dari tantangan, ditandai dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar sebesar 0,14 persen ytd menjadi Rp 12.319 triliun, Rabu, 19 Februari 2025.

Di tengah perkembangan ini, investor nonresiden masih menunjukkan tren penjualan, dengan catatan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 3,71 triliun ytd. “Secara sektoral, beberapa sektor mengalami penguatan dengan penguatan terbesar di sektor consumer cyclicals dan financials," ungkap Parjiman, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) wilayah Kaltim dan Kaltara, pada 18 Februari. Namun, ia menambahkan bahwa likuiditas transaksi memperlihatkan penurunan, dengan rata-rata nilai transaksi harian pasar saham turun menjadi Rp 10,71 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 12,85 triliun.

Pasar Obligasi dan Pengelolaan Investasi

Pasar obligasi juga menunjukkan performa positif, dengan indeks pasar obligasi ICBI meningkat 0,77 persen ytd ke level 395,70. Yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata mencatatkan penurunan 1,31 basis poin ytd. Hal ini diiringi oleh aktivitas beli bersih (net buy) dari investor nonresiden sebesar Rp 4,65 triliun. Meski demikian, pasar obligasi korporasi menunjukkan kekhawatiran dengan penjualan bersih sebesar Rp 0,78 triliun ytd.

Sementara itu, nilai asset under management (AUM) di industri pengelolaan investasi menyusut 0,30 persen ytd menjadi Rp 834,87 triliun. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana juga mengalami penurunan 0,50 persen ytd, menjadi Rp 496,75 triliun, disertai catatan net redemption sebesar Rp 2,59 triliun. “Ini adalah refleksi dari dinamika pasar dan sentimen investor yang harus terus dicermati,” lanjut Parjiman, yang kerap disapa Jimmy.

Pertumbuhan Investor dan Potensi Pasar Modal

Pada tahun 2024, pasar modal Indonesia berhasil melampaui target dengan penggalangan dana mencapai Rp 259,24 triliun dari 199 penawaran umum, didominasi oleh sektor keuangan. Hingga 31 Januari 2025, nilai penawaran umum tercatat Rp 1,10 triliun dari dua penawaran umum berkelanjutan. Potensi ke depan terlihat dari 116 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sebesar Rp 40,84 triliun.

Pertumbuhan jumlah investor juga mencatat lonjakan signifikan. “Sampai akhir Januari 2025, tercatat jumlah investor mencapai 15,16 juta, meningkat 1,95 persen ytd,” tambah Jimmy. OJK tetap memberikan perhatian terhadap volatilitas pasar yang sejalan dengan laporan kinerja emiten.

Crowdfunding dan Bursa Karbon: Masa Depan Inovasi Keuangan

Securities crowdfunding (SCF) turut menjadi sorotan dengan 18 penyelenggara yang telah mendapat izin dari OJK hingga 16 Januari 2025, mengelola 727 penerbitan dari 478 penerbit dengan total dana Rp 1,38 triliun. Dalam segmen syariah, enam penyelenggara SCF telah menerbitkan 376 efek, mengumpulkan dana Rp 725,26 miliar. "SCF syariah juga menjadi bagian penting dari ekosistem pasar modal kita,” ucap Jimmy.

Bursa karbon memperlihatkan keberhasilan sejak peluncuran pada September 2023, dengan 107 pengguna jasa dan volume transaksi mencapai 1.181.255 tCO2e. Potensi pasar ini terus menguat, terlihat dari 4.154 pendaftar di sistem registri nasional pengendalian perubahan iklim. “Kami telah membuka perdagangan luar negeri sejak 20 Januari 2025, dengan transaksi mencapai 49.815 tCO2e dan nilai Rp 4,02 miliar,” tutup Jimmy, menekankan potensi besar bursa karbon dalam mengatasi perubahan iklim global.

Terkini