Sering Dikira Maag, Kanker Lambung Bisa Mengintai Diam-Diam

Jumat, 19 Desember 2025 | 12:35:41 WIB
Sering Dikira Maag, Kanker Lambung Bisa Mengintai Diam-Diam

JAKARTA - Keluhan perut sering kali dianggap sebagai masalah ringan yang bisa diatasi sendiri. Rasa perih di ulu hati, mual setelah makan, atau sensasi panas di dada kerap langsung dikaitkan dengan maag atau asam lambung naik. Banyak orang memilih menunda ke dokter karena merasa gejala tersebut sudah biasa dialami dan akan mereda dengan sendirinya.

Namun, anggapan itu tidak selalu benar. Di balik keluhan pencernaan yang tampak sederhana, terdapat risiko penyakit serius yang kerap luput terdeteksi, salah satunya kanker lambung. 

Penyakit ini dikenal sebagai “peniru ulung” karena gejalanya menyerupai gangguan pencernaan umum, sehingga sering kali baru diketahui saat kondisinya sudah lanjut.

Dokter spesialis bedah onkologi di Eka Tjipta Widjaja Cancer Center (ETWCC), Eka Hospital Group, Sonar Soni Panigoro, menegaskan bahwa salah kaprah di masyarakat menjadi salah satu penyebab keterlambatan diagnosis kanker lambung. Banyak pasien datang ke fasilitas kesehatan ketika penyakit sudah berkembang lebih jauh.

Gejala Awal yang Sering Dianggap Sepele

Menurut Sonar, kanker lambung memang tidak memiliki tanda khas pada tahap awal. Gejalanya sangat mirip dengan sakit maag atau GERD, sehingga sulit dibedakan tanpa pemeriksaan medis. Inilah yang membuat banyak orang merasa tidak perlu segera ke dokter.

“Masalahnya, kanker lambung itu gejalanya memang mirip sakit maag atau GERD. Jadi orang merasa, ‘Ah, ini paling maag biasa,’ lalu menunda ke dokter,” ujar Sonar.

Keluhan seperti nyeri perut, mual, kembung, atau rasa tidak nyaman setelah makan sering dianggap wajar, apalagi jika seseorang memang memiliki riwayat gangguan asam lambung. Padahal, jika keluhan tersebut berlangsung lama atau semakin berat, kondisi itu perlu diwaspadai.

Pentingnya Deteksi dan Pemeriksaan Dini

Sonar menjelaskan bahwa konsep skrining kanker sejatinya dilakukan ketika seseorang belum memiliki gejala. Namun, pada kanker lambung, hal ini menjadi tantangan tersendiri karena letak organ berada di dalam tubuh dan tidak mudah diperiksa tanpa prosedur khusus.

“Kalau sudah ada sedikit saja gejala, sebaiknya langsung periksa ke dokter spesialis gastro. Nanti bisa dilakukan endoskopi untuk melihat apakah ada kelainan di lambung,” jelasnya.

Endoskopi menjadi salah satu pemeriksaan penting untuk memastikan apakah keluhan pencernaan disebabkan oleh gangguan ringan atau ada masalah serius di lambung. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter melihat langsung kondisi dinding lambung dan mengambil sampel jaringan jika diperlukan.

Ia menekankan bahwa masyarakat sebaiknya tidak menunggu gejala menjadi berat. Semakin cepat pemeriksaan dilakukan, semakin besar peluang penyakit terdeteksi pada tahap awal.

Ketika Keluhan Tidak Kunjung Membaik

Salah satu tanda peringatan yang perlu diperhatikan adalah keluhan pencernaan yang tidak membaik dalam jangka waktu tertentu. Sonar menyebut, keluhan yang berlangsung sekitar satu bulan tanpa perbaikan patut dicurigai, terutama jika disertai gejala lain.

“Gampangnya begini, apa pun gejalanya, kalau satu bulan tidak sembuh, langsung cek. Jangan ditunda,” kata Sonar.

Gejala tambahan yang perlu diwaspadai antara lain nyeri perut yang semakin berat, muntah berulang, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, hingga adanya darah pada tinja. Kombinasi keluhan tersebut bisa menjadi sinyal adanya gangguan serius pada saluran pencernaan.

Sayangnya, banyak pasien baru mencari pertolongan medis setelah kondisi sudah cukup parah. Kebiasaan menunda pemeriksaan inilah yang membuat kanker lambung sering terdiagnosis pada stadium lanjut.

Tantangan Penanganan Kanker Lambung di Indonesia

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterlambatan diagnosis masih menjadi masalah besar dalam penanganan kanker, termasuk kanker lambung. Sonar mengungkapkan bahwa sekitar 60–70 persen pasien kanker datang ke rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut.

“Dari dulu sampai sekarang kondisinya masih sama. Sebagian besar pasien datang sudah stadium lanjut,” ungkapnya.

Pada stadium lanjut, pilihan terapi menjadi lebih terbatas dan peluang kesembuhan menurun secara signifikan. Hal ini menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat untuk tidak mengabaikan gejala yang tampak ringan.

Sebagai upaya meningkatkan deteksi dini, ETWCC saat ini juga tengah mengembangkan layanan genomic profiling. Teknologi ini memungkinkan pendeteksian potensi kanker melalui pemeriksaan darah, bahkan sebelum gejala muncul. Inovasi tersebut diharapkan dapat membantu diagnosis lebih awal dan meningkatkan keberhasilan pengobatan.

Kanker lambung memang sulit dikenali sejak dini, tetapi bukan berarti tidak bisa diwaspadai. Mengenali gejala, tidak menunda pemeriksaan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini menjadi langkah krusial untuk menekan risiko penyakit ini. Menganggap keluhan pencernaan sebagai hal biasa tanpa evaluasi medis justru bisa membawa konsekuensi serius di kemudian hari.

Terkini